Cradle of Filth tercatat lahir di Ipswich, Suffolk, yang juga dikenal sebagai kota legenda para penyihir di Inggris. Awal berdirinya pada tahun 1991, dengan desainer utama kakak beradik Paul Ryan dan Benjamin Ryan. Keinginan mereka untuk membentuk sebuah band cukup serius sehingga mereka mengajak Daniel Lloyd Davey, Jon Richard dan Darren White untuk bergabung. Singkat kata terbentuklah formasi awal Cradle of Filth yang terdiri atas Paul Ryan (gitar), Benjamin Ryan (keyboard), Jon Richard (bass), Darren White (drum) dan Daniel L. Davey (vokal). Pada saat itu mereka bermain di genre Death Metal. Proses rekaman pertama mereka dilakukan pada tahun 1992. Awalnya mereka membuat sebuah split berjudul “A Pungent and Sexual Miasma”. Selain split, pada tahun yang sama mereka mengeluarkan 4 demo, antara lain “Orgiastic Pleasures Foul”, “The Black Goddess Rises”, “Invoking The Unclean” dan “Total Fucking Darkness”.Secara keseluruhan, demo-demo mereka masih dominan di Death Metal, walaupun sudah muncul bibit-bibit symphonic di opus mereka. Dua tahun berselang, label Cacophonus tertarik dengan demo mereka dan akhirnya mereka teken kontrak dengan label tersebut dan mengeluarkan album full-length pertama mereka, “Principle of Evil Made Flash”.Suatu opus klasik dari Cradle of Filth. Permainan mereka telah membelot ke Black Metal pada album ini. Bahkan mereka berani bereksperimen dengan memasukkan unsur orkestra dan choir di dalam album ini sehingga didapatlah istilah Symphonic-Black Metal untuk album ini. Hanya saja sound yang dihasilkan album ini masih kental dengan Black Metal klasik yang “mentah” dan chaos. Tapi pada tahun pertama kesuksesan mereka ini, Paul Ryan dan Benjamin Ryan hengkang dari COF dan membentuk Blood Divine. Posisi mereka ditutupi oleh Gian Piras dan Damien Gregori.
Kemudian pada tahun 1996, “Dusk…and Her Embrace”, album kedua mereka rilis. Pada album ini mereka menghasilkan permainan yang lebih matang daripada di album pertama mereka. Bahkan ada yang menganggap album ini merupakan opus terbaik mereka. Permainan Symphonic mereka bercampur dengan aroma Gothic yang gak pernah mati di kegelapan. Lalu dua tahun setelahnya, mereka merilis sebuah album yang dapat dianggap legendaris, “Cruelty and The Beast”. Album mereka kali ini secara khusus terkonsep untuk menceritakan kisah nyata seorang Countess Hungaria bernama Elizabeth Bathory yang hobi mandi darah gadis muda. Korban sang Countess ini lebih dari 600 jiwa dan semuanya mati kehabisan darah karena lehernya digorok dan digantung terbalik di atas bathtub sang Countess. Sang vokalis, Dani Filth (demikian namanya disebut), begitu mengagumi sang Countess, seperti yang tersirat di lirik “Bathory Aria”, salah satu trek terpanjang di album ini.
Setahun setelahnya, COF merilis sebuah Extended Playing (EP) berjudul “From The Cradle To Enslave” yang berisi 6 trek original dan 1 trek bonus. EP ini menandakan bangkitnya ego sang leader, Dani Filth.
Lalu pada tahun 2000, COF kembali merilis album konsep “Midian”.Bedanya pada album konsep ini mereka bercerita tentang tokoh fiksi di novel karya Lovercraft, yaitu seorang psycho yang doyan membunuh tanpa sebab dan yang meyakini akan mendapatkan kebenaran dirinya di gerbang Midian.Album ini merupakan pijakan awal bagi COF yang melakukan world tour.
Kemudian pada tahun 2001, album “Bitter Suites to Succubi” rilis.Tapi album ini tidak mendapatkan respon yang baik dari para anggota The Order of Dragon, fansclub resmi COF.
Selanjutnya, pada tahun 2002 mereka merilis album live dalam 2 versi, yaitu “Eleven Burial Masses” dan “Live Bait For The Dead”. Versi pertama merupakan murni album live, sedangkan yang kedua adalah album live yang ditambah 8 trek bonus, yang kebanyakan adalah versi remix dari trek-trek mereka di album-album sebelumnya.
Pada titik ini, COF terlihat seperti tidak bertaring lagi.Banyak yang meragukan output mereka selanjutnya. COF seakan mengerti apa yang dikatakan orang-orang lalu merespon dengan merilis “Damnation and a Day” pada tahun 2003. Album mereka ini pada dasarnya memiliki konsep, tapi tidak mengenai seorang tokoh, melainkan mengenai kitab Wahyu di dalam Perjanjian Baru. Kebanyakan bercerita tentang kejatuhan manusia dan hari penghakiman, suatu tema yang apokaliptik. Yang perlu dicatat pada album ini adalah gaya permainan mereka yang mulai membelot ke Extreme Metal karena mereka tidak lagi bermain sepenuhnya di Sympho-Black. Album ini menandai perubahan yang dilakukan COF pada musik-musiknya ke depan. Tidak sedikit pula yang mengidolakan album ini.
Setelah mengguncang dunia dengan “Damnation and a Day”, pada tahun 2004 COF merilis “Nymphetamine”. Di album ini, Dani Filth menggandeng Liv Kristine-leader band Gothic Metal asal Jerman, Leaves’ Eyes-untuk berduet dalam trek yang sama dengan nama album ini. Duet yang mereka ciptakan cukup indah, bagaikan Beauty and The Beast dalam skenario Gothic. Vokal soprano yang anggun milik Liv bercampur growl ala Dani yang mirip makhluk malam yang tersayat. Tercatat terdapat 2 trek Nymphetamine di album ini, yaitu versi Fix dan versi Overdose. Versi Fix merupakan trek asli duet antara Dani dan Liv. Sedangkan versi Overdose adalah versi extreme dari Nymphetamine, walaupun pada tengah-tengah trek, versi Fix tetap dimasukkan. Singkatnya, “Nymphetamine” cukup sukses di pasaran, bahkan menjangkau telinga-telinga metal amatir dengan ramuan Extreme-Gothic Metal.
Kemudian 2 tahun berselang, album ke-8 mereka rilis.”Thornography” yang sebelumnya dudahului dengan EP “Thornographic” ini tidak sesukses “Nymphetamine”. Di dalam album ini, trek “Tonight In Flames” dan “The Foetus of A New Day Kicking” menjadi ciri khas album ini. Walaupun begitu, banyak “fans tua” COF yang mencibir trek “The Foetus of A New Day Kicking”. Hal ini wajar saja karena COF sudah “kehilangan” ciri khas mereka dulu. Banyak dari fans mereka yang mengatakan bahwa COF bukan lagi milik fans COF, tapi milik para poser dan emo (hahahahahaha,coz WE, METALHEADs, hate posers and emos…POSER=SUCK,EMO=GAY).
Melihat kenyataan ini COF ingin membayar kesalahannya dengan mengeluarkan album terbarunya untuk 2008, “Godspeed On The Devil’s Thunder”. Untuk pertama kalinya sejak album “Cruelty and The Beast”, COF merilis album konsep mengenai seorang tokoh non-fiksi. Tokoh yang diceritakan di album ini adalah seorang bangsawan Perancis bernama Gilles de Rais. De Rais merupakan seorang peraih Nobel yang tidak terkenal dan juga seorang pejuang Perancis yang pernah bertarung melawan Inggris bersama Joan of Arc, wanita Perancis yang berjuang demi Perancis atas dasar penglihatan rohaninya. Yang menjadi titik penceritaannya tentu saja bukan cerita bagaimana De Rais mendapatkan nobel tersebut, tapi bagaimana bangsawan itu berubah menjadi pembunuh berantai dengan kelainan seksual dan akhirnya menjadi seorang satanis. Ramuan yang diberikan COF di album ini cukup atmosforik.Walaupun tidak seperti “Cruelty and The Beast” tapi unsur Symphonic, yang beberapa tahun belakangan ini hilang di opus-opus COF dapat ditemukan. Semoga saja album ini bisa mengobati kekecewaan sebagian besar “fans tua” COF.
Pada saat ini formasi COF diisi oleh Daniel L. Davey a.k.a Dani Filth (vokal), Paul Allender (gitar), Dave Pybus (bass), Martin Škaroupka a.k.a Marthus (drum) dan seorang backing vokal loyal, Sarah Jezebel Deva. Untuk keyboard dan lain-lain, biasanya bersifat additional, seperti Rosie Smith yangSatu lagi yang menjadi ciri khas COF adalah betapa hobinya label mereka mengeluarkan album-album versi special edition, limited edition ataupun edisi-edisi tertentu lainnya. Contohnya “Cruelty and The Beast : Celtic Cross Edition”, “Midian : Japanese Edition”, “Nymphetamine : Special Edition”, “Harder, Darker, Faster : Thornography Deluxe”, “Harder, Darker, Faster : Thornography Deluxe Japanese Edition” bahkan album mereka yang baru keluar beberapa hari telah beredar versi terbatasnya, “Godspeed On The Devil’s Thunder : The Life and Crime of Gilles de Rais (Limited Edition)”. Padahal kebanyakan trek yang dijadikan bonus tersebut hanya sedikit yang merupakan trek baru.Seringkali trek yang diberikan cuma berasal dari album sebelumnya ataupun versi demo. Musikalitas mereka kadang tidak murni, tidak lagi idealis karena terlalu dicampuri industrialisme. Yah…whatever. They’re just human, no perfect (but Dani thinks that he’s a vamp :P). At last, mereka tetap memberikan sumbangsih dalam dunia metal.